Demi GEA, Kemenristek Rela Kerahkan Tenaga

Solo – Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) rela mengerahkan tenaga guna mendukung proyek pengembangan produk mobil dalam negeri, GEA. Kesungguhan ini dibuktikan dengan pengembangan laboratorium riset dalam rangka meningkatkan program pro rakyat, yakni pengadaan mobil murah.

Sebagaimana dikemukakan, Deputi Jaringan Iptek Kemenristek, Teguh Raharjo, Kemenristek terus berupaya menyusun serangkaian program yang berkaitan dengan pengembangan industri otomotif. Guna pengembangan GEA, kementerian bahkan telah melakukan pengembangan laboratorium riset untuk mendapatkan sertifikasi produk.

Tidak hanya itu, dikatakan Teguh, pihaknya juga tengah menyiapkan sumberdaya manusia dengan menggandeng institusi pendidikan tinggi. “Kami butuh dukungan riset bersama oleh PT Inka (Industri Kereta Api-red) dan perguruan tinggi untuk memperkuat industri otomotif,” katanya kepada wartawan, di sela-sela acara Workshop Inovasi dan Temu Bisnis Bidang Teknologi Manufaktur, di Solo Techno Park, Selasa (12/7).

Dukungan Kemenristek terhadap pengembangan produk mobil ramah lingkungan tersebut juga dilakukan melalui industri kecil dan menengah (IKM). Menurut Teguh, Kemenristek terus mendorong lembaga penelitiannya untuk membantu Industri Kecil dan Menengah (IKM) sebagai industri perakit lokal.
Editor: Marhaendra Wijanarko,bisnis.timlo.ne

Inka siap luncurkan mobil GEA

Solo (Espos) Badan usaha milik negara (BUMN) PT Industri Kereta Api (Inka Madiun) menilai kawasan Soloraya dinilai potensial menjadi cluster industri kecil dan menengah (IKM) otomotif.

Cluster tersebut dibutuhkan untuk mendukung rencana produksi masal mobil produksi Inka, GEA singkatan dari Gulirkan Energi Alternatif, yang dijual seharga Rp 40 juta-Rp 60 juta/unit pada triwulan III/2011 mendatang. Manajer Pengembangan Bisnis Transportasi PT Inka, M Pramudya, mengatakan di Soloraya banyak terdapat IKM yang menguasai teknologi menghasilkan komponen mobil terutama yang terkait interior.

“Potensinya ada. Solo punya IKM, ada pengecoran logam di Ceper Klaten. Ada STP (Solo Techno Park-red) dan ATMI (Akademi Teknik Mesin Industri-red) untuk assembling-nya,” jelas Pramudya, saat ditemui wartawan, di sela-sela menjadi pembicara dalam Workshop Inovasi & Temu Bisnis Bidang Teknologi Manufaktur di STP, Selasa (12/7).

Menurut dia, hanya dibutuhkan integrasi dari unsur-unsur tersebut untuk menghasilkan komponen produk yang dibutuhkan dalam produksi massal mobil GEA. Pihak Inka, kata dia, berencana melakukan produksi masal GEA antara 6.000-10.000 unit per tahun. Saat ini, masih dilakukan pengujian terhadap prototype mobil. GEA sendiri akan dirilis pada triwulan III/2011, dengan tiga varian, yakni jenis mobil penumpang, pikap dan blind car yaitu mobil tanpa kaca yang digunakan untuk pengangkut barang. Rencananya hasil produksi massal disalurkan ke koperasi yang membutuhkan mobil operasional.

Pramudya melanjutkan selama ini produksi GEA disokong dari sekitar 200 IKM di Jawa Timur. IKM yang tersebar di Pasuruan, Sidoharjo, dan Malang tersebut dapat memroduksi berbagai komponen mobil, seperti interior dan komponen rangka sasis. Pramudya percaya dengan pengawalan Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek), juga dukungan Pemda, STP dan ATMI, bukan hal sulit mengembangkan cluster otomotif di Solo.

Dukungan Kemenristek

Rencana pengembangan cluster tersebut mendapat dukungan Kemenristek. Deputi Menristek Bidang Jaringan Iptek, yang kemarin, diwakili Deputi Relevansi & Produktivitas Iptek, Teguh Raharjo, mengatakan pihaknya siap memberikan dukungan dalam hal pendanaan untuk melakukan riset teknologi otomotif. Menurut dia, teknologi inilah yang dibutuhkan IKM untuk berkembang dan menjadi bagian dari industri otomotif Tanah Air.

Dia menilai, pengembangan IKM masih terkendala sejumlah hal, di antaranya belum konsistennya produk hasil pekerjaan IKM. “Kalau membuat satu mungkin bagus. Tapi membuat 100 unit banyak yang cacat, apalagi membuat 1.000 unit. Persoalan ini yang harus dipecahkan bersama,” ujar dia.

Menanggapi rencana tersebut, pihak STP, melalui perwakilan pengelolanya, Sumadi, mengatakan dibutuhkan pendataan IKM terlebih dahulu sebelum cluster benar-benar dikembangkan. - Oleh : Tika Sekar Arum

Mobnas GEA Terus Dikembangkan

14 Juli 2011 - Suara Merdeka

MALANG - Mobil nasional khusus untuk angkutan petani mulai direalisasi melalui penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara PT Inka dan vocational educational center (VEDC), 2011 lalu. Mobilnya diberi nama GEA atau singkatan gulirkan energi alternatif.

Inka selama ini dikenal sebagai pabrik gerbong kereta api yang berpusat di Madiun dan sudah menerima banyak pesanan gerbong serta sarana lain untuk kereta api dari berbagai negara. VEDC yang dulu dikenal sebagai Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) atau Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Teknologi (PPPGT) ada di Malang.

Dari MoU itu, VEDC bertanggung jawab pada pengembangan desain New GEA, tes prototype, serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam pembuatan mobilnya. Inka bertanggung jawab memproduksi dan menjual.

“Selain VEDC dan Inka, ada lembaga pendukung program pengadaan mobil murah dan hemat untuk rakyat, yakni Kementerian Perindustrian, Kementerian Riset dan Teknologi, serta lembaga pendidikan, antara lain ITS,” kata Dr Ir Mohamed Harly MT, Kepala Program studi Otomotif VEDC yang juga staf ahli Inka dalam pembuatan mobil nasional.

Murah dan Irit

Peran VEDC sebagai pendamping Inka dalam melakukan verifikasi desain, penguatan klaster, validasi komponen, dan strategi memperbesar kandungan lokal.

Selain itu, pendamping teknis industri kecil-menengah dalam melakukan kegiatan substitusi Impor.

Pemerintah mengistilahkan mobil nasional itu sebagai mobil khusus untuk alat angkut petani di pedesaan yang akan dilempar ke pasar pada kisaran harga Rp 55 jutaan.

“Sesuai dengan arahan presiden, 2012 harus sudah tersedia mobil rakyat yang murah dan irit,” kata Harly. Bahkan, kini sudah banyak yang meminati mobil tersebut, antara lain dari Koperasi Angguna Surabaya dan Papua.

Mobil nasional GEA kini sudah sampai versi ke-4, yaitu GEA I, II, III, dan New GEA IV yang sudah sempurna dalam arti siap dijual. Salah satu contohnya sudah ada di Mabes Polri sebagai mobil patroli untuk kawasan. Nanti akan diproduksi dua jenis, sedan dan pikap.

Spesifikasinya unik sekaligus sangat menarik. Sistem penggerak depan 650 cc-EFI dua silinder; suspensi per keong dengan peredam kejut; transmisi manual empat tingkat; pengereman disk brake; dimensi panjang 3.320 mm, lebar 1.490 mm, tinggi 1.640 mm, dan jarak antarroda 1.965 mm.

“Bodi mobil menggunakan fiber. Selain lebih ringan, tahan karat karena Indonesia merupakan wilayah kepulauan sehingga dengan bahan tersebut bisa bertahan dari pengaruh air laut,” tambah Harly.(Wiharjono-29)

GEA, Mobil Multi Fungsi Hasil Kerjasama PT INKA dengan PPPPTK BOE


Sungguh berbangga hati PPPPTK BOE telah ikut andil dalam memajukan perindustrian di Indonesia. Salah satunya dengan produksi mobil mikro yang diberi nama GEA (Gulirkan Energi Alternatif). Mobil ini merupakan hasil kerjasama beberapa lembaga pemerintahan, perguruan tinggi dan industri, utamanya dari PT INKA.

Ditemui di tempat kerjanya, Mochamad Harly sebagai ketua pelaksana yang ditunjuk dari PPPPTK BOE menyatakan bahwa masing-masing lembaga pemerintah, industri, dan perguruan tinggi mempunyai andil masing-masing dalam proyek mobil GEA ini. “Peran PPPPTK BOE disini Sebagai pendamping INKA dalam melakukan verifikasi desain, penguatan Klaster, validasi komponen dan strategi memperbesar kandungan lokal” ujarnya. Selain itu juga PPPPTK BOE sebagai pendamping teknis bagi IKM dalam melakukan kegiatan Subtitusi Impor.

Mobil GEA ini juga sudah mengadopsi beberapa teknologi tingkat tinggi diantaranya mesin yang sudah EFI, sistem penggerak depan, dan silinder 650cc. Sehingga akan sangat irit untuk pemakaian sehari-hari. Dari segi suspensi menggunakan per keong dengan peredam kejut. Dari pengereman pun sudah menggunakan disk brake sehingga tidak perlu khawatir akan kinerjanya. Sementara sudah banyak yang berminat dengan mobil ini antara lain dari Koperasi Angguna Surabaya. [mjd]

IKM Jatim dukung produksi mobil murah Rp55 juta

Kabarbisnis.com - SURABAYA, kabarbisnis.com: Industri kecil dan menengah (IKM) di Jawa Timur dinilai bisa menjadi penopang untuk menunjang produksi masal mobil nasional (mobnas) berharga murah sekitar Rp55 juta yang dibidani PT Industri Kereta Api (INKA).

Kapala Bidang Industri Alat Transportasi, Elektronik dan Telematika (IATT) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Saiful Jasan, mengatakan, di Jatim ada 218 IKM yang bergerak dalam hal produksi komponen otomotif. "Selain itu, ada 33 perusahaan karoseri yang tersebar di Pasuruan, Malang, Sidoarjo, Tulungagung, dan Jombang," ujar Saiful kepada kabarbisnis.com di sela-sela diskusi "Penguatan Kluster Industri Otomotif di Jatim" di Hotel Cendana, Surabaya, Selasa (5/7/2011).

Dengan demikian, jika basis produksi mobnas dari PT INKA nantinya berpusat di Madiun, tentu mobilisasi komponen akan lebih mudah dilakukan.

Mobnas yang kini tengah dikembangkan INKA diberi merek Gea. INKA memproduksi mobnas sebagai salah satu diversifikasi dari bisnis utamanya dalam hal produksi kereta api dan alat penunjangnya. Mobil Gea berkapastias 640 cc. Tujuan utama mobil ini adalah memberikan alternatif mobil kecil untuk menghadapi krisis energi. Mobil ini harganya berkisar antara 45 -50 juta, sudah diuji coba hingga 10.000 km dan kecepatan maksimalnya 90 km/jam. Pada tahun depan, Gea direncanakan memasuki fase produksi masal.

Selain IKM yang bergerak di bidang komponen otomotif, di Jatim juga terdapat berbagai industri penunjang yang bisa menopang pengembangan industri otomotif. Industri penunjang tersebut, antara lain, industri besi, baja, logam, fiber glass, cat, kawat las, dan permesinan.

GM Pengembangan INKA, Suyanto, mengatakan, dalam prosesnya, INKA menggandeng industri kecil dan menengah (IKM) di berbagai tempat, termasuk di Jatim. "Kami menggandeng IKM penyedia komponen otomotif yang ada di Sidoarjo, Malang, Tulungagung, dan Pasuruan," ujarnya. kbc5

IKM Jatim berpotensi menunjang industri mobnas

Bisnis-jatim.com - SURABAYA: Disperidag Jatim optimistis Industri Kecil dan Menengah (IKM) bisa menjadi penopang produksi masal mobil nasional berharga murah sekitar Rp55 juta yang saat ini digagas PT Industri Kereta Api.

Kapala Bidang Industri Alat Transportasi, Elektronik dan Telematika (IATT) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Saiful Jasan, mengatakan, di Jatim ada 218 IKM yang bergerak dalam hal produksi komponen otomotif. Belum lagi 33 perusahaan karoseri yang tersebar di Pasuruan, Malang, Sidoarjo, Tulungagung, dan Jombang.

Jika basis produksi mobil nasional (mobnas) dai PT Industri Kereta Api itu dapat memanfaatkan produksi komponen dari IKM. “PT INKA nantinya bias memobilisasi komponen dari para IKM otomotif,” ujarnya.

Mobnas yang kini tengah dikembangkan INKA diberi merek Gea. INKA memproduksi mobnas sebagai salah satu diversifikasi dari bisnis utamanya dalam hal produksi kereta api dan alat penunjangnya. Mobil Gea berkapastias 640 cc.

Tujuan utama mobil ini adalah memberikan alternatif mobil kecil untuk menghadapi krisis energi. Mobil ini harganya berkisar antara 45 -50 juta, sudah diuji coba hingga 10.000 km dan kecepatan maksimalnya 90 km/jam. Pada tahun depan, Gea direncanakan memasuki fase produksi masal.

Selain IKM yang bergerak di bidang komponen otomotif, di Jatim juga terdapat berbagai industri penunjang yang bisa menopang pengembangan industri otomotif. Industri penunjang tersebut, antara lain, industri besi, baja, logam, fiber glass, cat, kawat las, dan permesinan.(dw)

Pengembangan mobil murah terganjal citra merek

Online: Selasa, 05 Juli 2011 | 16:15 wib ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Pengembangan mobil nasional (mobnas) murah di kisaran Rp55-60 juta selama ini terganjal oleh citra merek. Meski secara teknologi bisa bersaing, mobnas masih kalah dalam hal merek. Masyarakat lebih percaya pada merek-merek mobil ternama yang masuk ke Indonesia lewat ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek).

"Selera masyarakat tidak bisa dipaksakan. Karena itu, dalam rangka penetrasi pasar perlu dukungan pemerintah untuk mendapat kepercayaan masyarakat," ujar Sugiarto Raharjo dari Direktorat Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian dalam diskusi di Hotel Cendana, Surabaya, Selasa (5/7/2011).

Dia menambahkan, kemampuan teknologi industri masih perlu didukung oleh semua pihak untuk menjadi industri otomotif yang mandiri. "Mobil nasional juga belum mempunyai after sales service yang memadai," ujarnya.

Pemerintah sendiri kini tengah menyinergikan BPPT dan BUMN PT Industri Kereta Api (INKA) untuk menggarap mobnas murah merek Gea seharga kisaran Rp55 juta. Mobil ini berkapastias 640 cc. Pada tahun depan, Gea direncanakan memasuki fase produksi masal. INKA sendiri menggarap mobnas sebagai upaya diversifikasi dari bisnis inti perseroan memproduksi kereta api.

General Manager Pengembangan PT INKA, Suyanto, mengatakan, pengembangan mobnas memang tidak mudah. Diakui banyak kendala yang menghadang, terutama dari sisi penguatan merek.

Namun, dia yakin proyek mobnas Gea bakal sukses dan tidak gagal seperti proyek mobnas sebelumnya seperti Timor dan Maleo. "Kita ingin mengurangi ketergantungan industri otomotif dari merek-merek yang masuk lewat ATPM. Selain itu, juga untuk menopang kebutuhan angkutan perdesaan dan pinggiran perkotaan," ujarnya.

Pada tahun ini, INKA sudah memasuki fase penyiapan segala jenis perangkat lunak untuk Gea. Pada tahun depan diharapkan sudah memasuki tahap pengujian, validasi, verifikasi , sertifikasi, instalasi fasilitas, dan memulai produksi. "Tahun 2013 kita garap after sales service-nya, termasuk penyediaan spare part, agar pasar percaya pada produk ini," ujarnya.

Mobnas Gea sendiri juga akan memakai bahan bakar alternatif. Dengan jarak 40 km, Gea ahanya perlu 1 liter BBG sama dengan konsumsi mesin sepeda motor 1 liter untuk jarak 40 km pada mesin 125 cc. "Industri otomotif ke depan harus diarahkan pada pengembangan kendaraan di bawah 1.000 cc, daripada mengembangkan pasar sepeda motor," tuturnya.

Pasar cerah

Secara pasar, mobnas sebenarnya memiliki prospek cerah. Selama ini, mobil yang sudah diproduksi di dalam negeri oleh ATPM adalah jenis angkutan penumpang dengan kapasitas mesin di atas 1.000 cc terdiri atas Sedan, Multi Purpose Vehicle (MPV) 4x2, Sport Utility Vehicle (SUV) 4x4. Untuk jenis kendaraan angkutan barang dengan kapasitas mesin di atas 1000 cc terdiri atas Truck lebih dari 5 ton (pick up) dan Truck kurang dari 5 ton.

Produksi mobil pada 2010 total 702.508 unit dengan komposisi 358.838 unit (51%) MPV 4x2 dengan kapasitas mesin 1.000-1.500 cc dan 104.263 unit (15%) Truck dengan kapasitas mesin 1000-1500 cc.

"Hal ini menunjukkan terdapat segmen pasar yang sangat besar untuk kendaraan MPV dan Pick Up, dan belum menyentuh mobil dengan kapasitas mesin di bawah 1.000 cc," tuturnya.

Selain itu, harga mobil paling murah jenis MPV adalah Rp100 juta dan pick up Rp85 juta dengan konsumsi bahan bakar rata-rata 12 – 14 km/liter dengan standar emisi euro. "Celah pasar dengan harga di bawah Rp100 juta dengan energi yang lebih irit belum ada. Ini yang harus dibidik mobnas," tuturnya.

Untuk lebih menggairahkan pasar, pemerintah berharap agar mobnas bisa ditekan di bawah Rp55 juta. Agar harganya miring, Kementerian Perindustrian telah mengusulkan adanya pengurangan pajak.

"Telah diusulkan bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) atas impor bahan baku dan komponen dalam negeri," ujar Sugiarto.

Selain itu, juga diusulkan revisi PP No.43 tentang PPnBM Kendaraan Bermotor dan pengurangan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama (BBN) di daerah sebesar 50% dari yang berlaku. kbc5 - kabarbisnis.com

Mobil nasional murah diusulkan dapat diskon

Kabar Bisnis Online:  Selasa, 05 Juli 2011 | 13:33 wib ET 

SURABAYA, kabarbisnis.com: Proyek mobil nasional berharga murah terus berusaha diluncurkan, meski proyek serupa juga berulang kali gagal di masa lalu. Kali ini mobil nasional Gea yang diproduksi PT Industri Kereta Api (INKA) yang semula berkisar Rp55 juta diusulkan bisa dapat diskon pajak. Sehingga harganya lebih murah.

Demikian intisari pendapat dalam diskusi "Penguatan Kluster Industri Otomotif di Jatim" di Hotel Cendana, Surabaya, Selasa (5/7/2011).

"Kemungkinan bisa turun harga, karena Kementerian Perindustrian sudah mengajukan ke Menkeu agar produk ini (mobil nasional Gea produksi INKA) bisa mendapat pengurangan pajak yang terkait dengan komponennya," ujar Sugiarto Raharjo dari Direktorat Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian.

Telah diusulkan bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) atas impor bahan baku dan komponen dalam negeri. Selain itu, juga diusulkan revisi PP No.43 tentang PPnBM Kendaraan Bermotor dan pengurangan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama (BBN) di daerah sebesar 50% dari yang berlaku.

Gea sendiri adalah mobnas yang kini digarap PT INKA. Mobil ini berkapastias 640 cc. Tujuan utama mobil ini adalah memberikan alternatif mobil kecil untuk menghadapi krisis energi. Mobil ini harganya berkisar Rp55 juta dan sudah diuji coba hingga 10.000 km dan kecepatan maksimalnya 90 km/jam. Pada tahun depan, Gea direncanakan memasuki fase produksi masal.

Sugiarto menuturkan, kehadiran kendaraan murah diperlukan untuk menunjang perekonomian masyarakat. Selama ini, harga mobil paling murah jenis MPV adalag Rp 100 juta dan jenis pick up Rp85 juta dengan konsumsi bahan bakar rata-rata 12-14 km/liter dengan standar emisi euro 2. Gea sendiri terbilang irit. Dengan jarak 40 km hanya menggunakan 1 liter BBG sama dengan konsumsi mesin sepeda motor 1 liter untuk jarak 40 km pada mesin 125 cc.

"Dengan adanya mobil murah yang hemat energi, diharapkan bisa mendorong gerak ekonomi masyarakat sekaligus menekan tingkat boros energi," ujarnya.

GM Pengembangan PT INKA, Suyanto, mengatakan, pada tahun ini, pihaknya sudah memasuki fase penyiapan segala jenis perangkat lunak untuk Gea. Pada tahun depan diharapkan sudah memasuki tahap pengujian, validasi, verifikasi , sertifikasi, instalasi fasilitas, dan memulai produksi.

"Tahun 2013 kita garap after sales service-nya, termasuk penyediaan spare part," ujarnya.

Dalam prosesnya, INKA menggandeng industri kecil dan menengah (IKM) di berbagai tempat, termasuk di Jatim. "Kami menggandeng IKM penyedia komponen otomotif yang ada di Sidoarjo, Malang, Tulungagung, dan Pasuruan," ujarnya.

Pengembangan mobnas Gea ini akan melewati tiga jalur untuk menuju tahap komersialisasi.

Pertama, investasi swasta murni pada perakitan, komponen dan jaringan sales, service & spare parts(SSS).

Kedua, kerja sama swasta-BUMN pada proses manufacturing dan jaringan penjualan serta purna jual (sales, service & spare parts).

Ketiga, investasi BUMN (PT INKA) pada proses perakitan dan jaringan penjualan serta purna jual.

Sekadar catatan, sejumlah proyek mobil nasional yang sebelumnya diluncurkan dan gagal, antara lain, Timor dan Maleo. kbc5

Pemerintah Gandeng PT Inka Garap Mobil Khusus Petani

Syubhan Akib - detikOto

Jakarta - Tahun depan pemerintah akan mengeluarkan sebuah mobil khusus untuk alat angkut petani di pedesaan. Untuk itu, pemerintah pun menggandeng PT Inka sebagai pembuat mobil berharga murah ini.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Perindustrian MS Hidayat di Jakarta. "Mobil untuk petani dan pedesaan untuk program kluster 4. Ada bumn, ada Inka. Semua sedang bersinergi," ujarnya.

"Apakah itu mobnas Gea yang selama ini memang diproduksi oleh Inka?" tanya wartawan.

"Kita lagi mikir pakai nama apa. Mobil angkutan murah untuk petani di pedesaan kira-kira harganya Rp 55 juta, tapi mobil ini belum bisa diproduksi secara massal karena masih proses. Itu mungkin kita melibatkan PT Inka, BUMN. Supaya bikinnya enggak di Jakarta lagi," bebernya.

"Nanti kalau masuk Jakarta kita kena omel lagi sama Pak Foke (Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo)," kelakar Hidayat.

Targetnya persiapan pembuatan mobil murah untuk para petani pedesaan seperti desain akan rampung tahun ini. Sementara produksinya akan dimulai akhir tahun depan.

"Kalau sudah jadi modelnya akan kita pamerkan dulu," pungkasnya.

Mobil ini diharapkan akan bisa dijual dengan harga Rp 55 juta. "Kalau menciptakan mobil murah untuk para petani di pedesaan untuk sarana angkutan pedesaan kita sudah mampu. Tahun ini semua desainnya disiapkan, mudah-mudahan akhir tahun depan sudah bisa diproduksi," ungkap Hidayat.

"Kita lagi mikir pakai nama apa. Mobil angkutan murah untuk petani di pedesaan kira-kira harganya Rp 55 juta. Kalau sudah jadi modelnya akan kita pamerkan dulu," pungkasnya.

( syu / ddn )